Sunday, May 4, 2008

Tiga dari 10 Anak Indonesia Perokok

Minggu, 20 Apr 2008

Bagaimana remaja bisa mencoba-coba dan selanjutnya mencandu rokok? Komisi Nasional Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menuding gencarnya promosi dengan jargon-jargon populer yang menyasar pasar remaja adalah umpan efektif. Jargon iklan dirancang sesuai karakteristik remaja yang menginginkan kebebasan, independensi, dan pemberontakan pada norma-norma.

Tak puas lewat iklan di media massa dan media luar ruang, industri rokok juga masuk menjadi sponsor even-even anak muda, seperti konser musik, pemutaran film, seni, budaya, keagamaan, dan olahraga. Mereka juga tak segan membagikan rokok gratis sebagai imbalan pembelian tiket masuk.


"Iklan rokok adalah monster bagi anak-anak. Karena jiwanya masih labil, secara naluri mereka memang mudah terpengaruh," ujar Ketua KPAI Seto Mulyadi dalam paparan hasil penelitian KPAI dan Tobacco Control Support Center - Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) sepanjang 2007.

Selama ini belanja iklan nasional memang didominasi rokok. Pada 2006, menurut hasil survei AC Nielsen, belanja iklan rokok mencapai Rp 1,6 triliun, atau sedikit di bawah belanja iklan sektor telekomunikasi yang mencapai Rp 1,9 triliun.

Dalam pantauan KPAI, sepanjang Januari-Oktober 2007 terdapat 2.848 tayangan televisi yang disponsori rokok di 13 stasiun televisi. Juga tercatat 1.350 kegiatan yang diselenggarakan atau disponsori industri rokok. "Pada acara-acara ini kerap kali industri rokok membagi-bagikan rokok gratis kepada pengunjung tanpa pandang usia, kendati bertentangan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2003," kata psikolog tenar itu.

Riset yang dilakukan Badan Pengawas Obat dan Makanan sepanjang 2007 juga menunjukkan tren yang sama. Sepanjang tahun itu, 9.230 iklan rokok tayang di televisi, 1.780 iklan di media cetak, dan 3.239 iklan di media luar ruang. Dari jumlah tersebut, 5.534 materi iklan melanggar ketentuan. "Ada yang masih menampilkan bungkus rokok, tidak sedikit pula beriklan di area pendidikan," tegas Kepala Badan POM Husniah Rubiana Thamrin.

Gencarnya promo beberapa produsen rokok menuai hasil signifikan. Jumlah perokok pemula, sekitar umur 5-9 tahun, dilaporkan melonjak. Hanya dalam tempo tiga tahun (2001-2004), menurut Badan Pusat Statistik, persentase perokok pemula naik tujuh kali lipat dari 0,5 menjadi 2,8 persen. "Hampir tiga dari sepuluh anak Indonesia adalah perokok," ujar Kepala Badan POM Husniah Rubiana Thamrin.

Berdasarkan Global Youth Tobacco Survey (GYTC) 2006, iklan rokok di media massa menjangkau 92,9 persen. Anak-anak terekspos iklan di papan reklame dan 82,8 persen terekspos iklan yang berada di majalah dan koran. (noe/iro)

Sumber: www.jawapos.co.id/index.php?act=detail_c&id=337304

No comments: