Sunday, May 4, 2008

Anak dan Remaja; Sasaran Empuk Kampanye Industri Rokok

Minggu, 20 Apr 2008

84 Persen Perokok Warga Miskin
Sejak dua puluh tahun lalu, kelompok umur di bawah 18 tahun menjadi sasaran utama kampanye industri rokok. Itu karena mereka memiliki karakteristik yang serbaingin tahu, keinginan kuat untuk independen, dan memimpikan kebebasan. Apa dampaknya?

Mengutip dokumen rahasia "Perokok Remaja: Strategi dan Peluang", RJ Reynolds Tobacco Company Memo Internal, 29 Februari 1984, perokok remaja adalah faktor penting kehidupan industri rokok. Mereka adalah sumber potensial untuk menggantikan pasar perokok veteran yang meninggal akibat penyakit-penyakit yang dibawa rokok.


Strategi industri rokok untuk membuka pasar baru sekaligus memperluas pasar terbukti berhasil. Setidaknya, data pertumbuhan perokok di Indonesia membuktikan bahwa perokok dari kalangan remaja terus meningkat. Deputi Perlindungan Anak di Kementerian Pemberdayaan Perempuan mencatat, pada periode 70-an, perokok termuda adalah kelompok umur 15 tahun. Tapi, pada 2004, perokok termuda sudah pada kelompok usia tujuh tahun.

"Prevelensinya sekitar 13,62 persen. Artinya, dari 141 juta perokok di Indonesia, terdapat 1,92 juta anak yang menjadi perokok aktif sejak berusia tujuh tahun," ujar Ketua Umum Forum Komunikasi Pembinaan dan Pengembangan Anak Indonesia dr Rachmat Sentika di Jakarta beberapa waktu lalu.

Data Badan Pusat Statistik dua tahun lalu menyebutkan, pada 2004 populasi perokok pada usia anak-anak cukup tinggi, yakni perokok aktif pada usia 13-15 tahun sebanyak 26,8 persen dan pada usia 5-9 tahun 2,8 persen.

Global Youth Tobbaco Survey (GYTS) WHO juga melaporkan, lebih dari 37,3 persen pelajar di Indonesia adalah perokok aktif. Tiga di antara sepuluh pelajar mengaku mengenal rokok sejak berusia di bawah 10 tahun dan 61,3 persen dari populasi perokok remaja adalah laki-laki. "Dalam survei GYTS 2006, jumlah perokok usia 13-15 tahun di Indonesia menduduki peringkat pertama di Asia," paparnya.

Besarnya angka perokok anak berbanding lurus dengan perkembangan jumlah perokok di Indonesia. Hasil survei Deputi Perlindungan Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan, jumlah perokok aktif di Indonesia sekitar 141,4 juta orang dari 234 juta penduduk. Di Asia, Indonesia hanya kalah dari Tiongkok yang memiliki 300 juta perokok di antara 1,2 miliar penduduknya.

"Berita buruknya, dari 141,4 juta perokok di Indonesia, sekitar 84,4 juta adalah warga miskin yang berpenghasilan kurang dari Rp 20 ribu per hari," terang Rachmat Sentika. Dalam survei KPAI juga ditemukan, lebih dari 43 juta anak Indonesia (64,2 persen) hidup serumah dengan perokok sehingga terpapar asap tembakau pasif. Risiko gangguan kesehatan mereka meningkat, karena anak-anak yang terpapar asap tembakau sejak dini rentan mengalami pertumbuhan paru yang lambat, lebih mudah terkena bronkitis, infeksi saluran pernapasan, infeksi telinga, serta asma.

"Akibatnya, sekitar 43 juta anak usia hingga 18 tahun terancam penyakit mematikan. Kesehatan yang buruk di usia dini juga menjadi salah satu penyebab buruknya kesehatan di saat dewasa," terang Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari dalam diskusi Perlindungan Anak terhadap Bahaya Rokok di Jakarta Rabu lalu.

Rachmat menambahkan, penyebab inisiasi rokok sejak dini di Indonesia adalah coba-coba, pengaruh teman, meningkatkan kepercayaan ketika bergaul dengan orang lain, mengikuti teladan orang tua, dan ingin terlihat gagah. "Persepsi ini dipengaruhi iklan rokok di televisi yang menonjolkan kegagahan dan kejantanan," katanya.

Negara-negara maju yang lebih peduli dengan kesehatan warganya kini mulai menerapkan kontrol ketat terhadap konsumsi rokok. Upaya tersebut antara lain dilakukan dengan pelarangan iklan rokok di tempat dan waktu strategis, edukasi bahaya rokok yang masif, dan konsistensi penegakan hukum pembatasan rokok di tempat umum. "Upaya itu terbukti menurunkan prevelensi pria yang menjadi perokok aktif," katanya.

Di Jepang, prevelensi perokok laki-laki usia 15 tahun turun dari 81 persen pada 1961 menjadi 54 persen pada 2000.(noe/iro)

Sumber: www.jawapos.co.id/index.php?act=detail_c&id=337306

No comments: