Friday, April 15, 2016

Rokok Jadi Perangkap Kemiskinan

Peneliti: Rokok Jadi Perangkap Kemiskinan
Total kerugian makroekonomi terkait konsumsi rokok mencapai Rp245,4 triliun, empat kali lebih besar dari penerimaan cukai hasil tembakau

Hidayatullah.com–Wakil Kepala Bidang Penelitian Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Abdillah Ahsan mengatakan bahwa kebiasaan merokok merupakan perangkap kemiskinan karena menyebabkan jumlah uang yang dibelanjakan untuk kebutuhan primer menurun.
“Merokok adalah perangkap kemiskinan. Kebiasaan merokok akan menyebabkan uang yang dibelanjakan menurun, itu tanpa terkena penyakit sudah mengorbankan banyak hal,” kata Abdillah dalam diskusi Ekonomi Indonesia dalam Bahaya Rokok di Jakarta, dikutip Antara, Kamis (14/04/2016).

Perokok Usia Produktif Ancam Ekonomi Indonesia

Emil Salim: Perokok Usia Produktif Ancam Ekonomi Indonesia

Hidayatullah.com–Generasi muda Indonesia, khususnya yang memiliki usia produktif, terancam bahaya rokok, kata pengamat ekonomi Prof. Emil Salim.
Puncak usia perokok dini dimulai pada umur 15-19 tahun, dan generasi tersebut nantinya akan menjadi penopang ekonomi dan sumber daya manusia Indonesia pada tahun 2045 mendatang.
“Generasi produktif harus ditingkatkan kualitas intelektualitas dan kesehatan jasmani rohani untuk membawa Indonesia lepas landas pada 2045, sementara puncak usia perokok dini pada umur 15-19 tahun untuk laki-laki mencapai 57,3 persen,” kata Emil dalam diskusi “Ekonomi Indonesia dalam Bahaya Rokok” di Jakarta, Kamis (14/4/2016).

Menurut Emil, Indonesia akan memiliki bonus demografi pada 2045. Jumlah usia produktif pada tahun itu lebih banyak dibandingkan dengan jumlah usia non-produktif yang harus ditanggung. Namun, apabila bonus tersebut diselimuti oleh bahaya rokok, maka ekonomi Indonesia juga akan terancam.

Efektifitas Gambar Peringatan Bungkus Rokok Masih Minim Hasilnya

Dewan Penasehat Komisi Nasional (Komnas) Pengendalian Tembakau Dr. Kartono Muhammad: “Efektifitas Gambar Peringatan Bungkus Rokok Masih Minim Hasilnya”

Hidayatullah.com- Pemberlakuan gambar peringatan di bungkus rokok sudah resmi diberlakukan sejak 24 Juni 2014. Lantas bagaimana efektivitas pemberlakukan gambar peringatan di bungkus rokok dalam pengendalian tembakau di Indonesia?
Redaksi hidayatullah.com melakukan wawancara eksklusif dengan Dewan Penasehat Komisi Nasional (Komnas) Pengendalian Tembakau Dr. Kartono Muhammad terkait dengan hal tersebut.

Berikut wawancara selengkapnya.

Monday, January 18, 2016

Segudang Bahaya Merokok terhadap Tubuh

Pasti Anda sudah tidak asing lagi dengan peringatan “dilarang merokok”. Dua kata itu bisa dengan mudahnya dijumpai di mana saja. Sepertinya tidak mengherankan jika mengingat dampak-dampak negatif yang ditimbulkan akibat merokok pada tubuh Anda.

Salah satu konsekuensi utama yang bisa Anda dapatkan dari rokok adalah menderita penyakit jantung. Diperkirakan, sebanyak 20% kematian akibat penyakit jantung terkait langsung dengan kebiasaan merokok. Kenapa rokok begitu berbahaya? Apa saja efek negatif lainnya dari rokok?

Sunday, May 4, 2008

Tiga dari 10 Anak Indonesia Perokok

Minggu, 20 Apr 2008

Bagaimana remaja bisa mencoba-coba dan selanjutnya mencandu rokok? Komisi Nasional Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menuding gencarnya promosi dengan jargon-jargon populer yang menyasar pasar remaja adalah umpan efektif. Jargon iklan dirancang sesuai karakteristik remaja yang menginginkan kebebasan, independensi, dan pemberontakan pada norma-norma.

Tak puas lewat iklan di media massa dan media luar ruang, industri rokok juga masuk menjadi sponsor even-even anak muda, seperti konser musik, pemutaran film, seni, budaya, keagamaan, dan olahraga. Mereka juga tak segan membagikan rokok gratis sebagai imbalan pembelian tiket masuk.

Indonesia Lima Besar Konsumen Rokok

Minggu, 20 Apr 2008,

Remaja di seluruh dunia memang telah menjadi pasar empuk industri rokok untuk menggantikan konsumen loyal yang meninggal akibat dampak buruk rokok. Survei WHO menemukan lima juta orang meninggal setiap tahun karena penyakit degeneratif akibat rokok, seperti kanker paru dan jantung koroner. Di Indonesia sendiri, survei demografi Universitas Indonesia mencatat 427.948 orang meninggal setiap tahun akibat penyakit yang dipicu konsumsi rokok.

Besarnya angka itu tak terlepas dari tingginya konsumsi rokok di republik ini. Dalam daftar negara konsumen rokok terbesar 2002, Indonesia berada di posisi kelima tertinggi dengan 208 miliar batang per tahun. Indonesia hanya kalah dari negara-negara kaya seperti Tiongkok yang melahap 1,634 triliun batang, Amerika Serikat dengan 451 miliar batang, Jepang dengan 328 miliar batang, dan Rusia 258 miliar batang.

Dengan tingkat konsumsi tersebut, tak heran bila 69 persen pria Indonesia adalah perokok aktif. Angka itu tertinggi di Asia, seperti Tiongkok yang 53,4 persen, India 29,4 persen, dan Thailand 39,3 persen.

Tingginya konsumsi rokok suatu negara berbanding lurus dengan tingkat kematian warganya. Ini tak lain karena dalam sebatang rokok ditemukan lebih dari 4 ribu kimia berbahaya dan 43 zat pemicu kanker. Dalam sebatang rokok sepanjang telunjuk itu, hampir separonya berisi zat beracun seperti hidrokarbon, karbon monoksida, logam berat, tar, dan nikotin yang memicu kecanduan.(noe/iro)

Sumber: www.jawapos.co.id/index.php?act=detail_c&id=337305

Anak dan Remaja; Sasaran Empuk Kampanye Industri Rokok

Minggu, 20 Apr 2008

84 Persen Perokok Warga Miskin
Sejak dua puluh tahun lalu, kelompok umur di bawah 18 tahun menjadi sasaran utama kampanye industri rokok. Itu karena mereka memiliki karakteristik yang serbaingin tahu, keinginan kuat untuk independen, dan memimpikan kebebasan. Apa dampaknya?

Mengutip dokumen rahasia "Perokok Remaja: Strategi dan Peluang", RJ Reynolds Tobacco Company Memo Internal, 29 Februari 1984, perokok remaja adalah faktor penting kehidupan industri rokok. Mereka adalah sumber potensial untuk menggantikan pasar perokok veteran yang meninggal akibat penyakit-penyakit yang dibawa rokok.